Home Actress Nia Dinata HD Photos and Wallpapers December 2023 Nia Dinata Instagram - Persembahan cintaku untuk nenek dan kakek, buyut kami❤️ Sebuah kolaborasi penuh kesadaran bersama aktor dan semua anggota team di balik panggung, untuk sepenggal cerita yang masih sangat relevan bagi kehidupan kita saat ini, ketika kepentingan sekelompok manusia, mengorbankan begitu banyak nyawa, menimbulkan trauma, dan memberikan pelajaran batin bagi yang ditinggalkan. Dari lahir sampai usiaku remaja, nenek buyut ku ini mengisi kehidupan kami dengan kasih sayangnya, bahasanya, gerak gerik dan tiap langkahnya yang tegar. REVOLUSI KEMERDEKAAN (1945-1949) tidak belaka merupakan sejarah penting bagi perjalanan Indonesia sebagai sebuah negara. Masa empat tahun yang penuh ketegangan itu juga telah mengubah arah perjalanan hidup banyak orang. Banyak orang hilang dan lebih banyak lagi mereka yang kehilangan orang yang dicintai. Terlebih lagi ketika kehilangan itu tak menyediakan jawaban selain penculikan dan desas-desus. Ketika jawabannya adalah kematian, istri, anak, dan keluarga tidak mendapati jasad dan kuburnya. Revolusi memang selalu tak pernah utuh memberi jawaban. INILAH yang dialami RA. Soekirah, perempuan dengan 11 anak, istri Oto Iskandar Dinata. Tokoh pergerakan, Ketua Paguyuban Pasundan, anggota BPUPKI/PPKI, pencipta teriakan “Merdeka”, Menteri Negara Kabinet I Republik Indonesia, ini diculik, dibunuh di tengah berbagai ketegangan dan kepentingan banyak pihak dalam menjalankan revolusi. Menjadi istri Oto menempa kekuatan RA. Soekirah. Masa-masa genting revolusi dilaluinya seorang diri seraya menjaga dan mendidik anak-anaknya. Di mata anak-anaknya, ia selalu tampak tegar. Tetapi di lubuk hatinya yang terdalam, RA. Soekirah terus berharap bahwa suaminya masih hidup. Apalagi sampai berbulan dan bertahun, selain desas-desus, nasib Oto Iskandar Dinata tetap tak ada kejelasan. Mengenal sosok Oto, lewat penuturan RA. Soekirah, diperankan oleh Maudy Koesnaedi ( @maudykoesnaedi )

Nia Dinata Instagram – Persembahan cintaku untuk nenek dan kakek, buyut kami❤️ Sebuah kolaborasi penuh kesadaran bersama aktor dan semua anggota team di balik panggung, untuk sepenggal cerita yang masih sangat relevan bagi kehidupan kita saat ini, ketika kepentingan sekelompok manusia, mengorbankan begitu banyak nyawa, menimbulkan trauma, dan memberikan pelajaran batin bagi yang ditinggalkan. Dari lahir sampai usiaku remaja, nenek buyut ku ini mengisi kehidupan kami dengan kasih sayangnya, bahasanya, gerak gerik dan tiap langkahnya yang tegar. REVOLUSI KEMERDEKAAN (1945-1949) tidak belaka merupakan sejarah penting bagi perjalanan Indonesia sebagai sebuah negara. Masa empat tahun yang penuh ketegangan itu juga telah mengubah arah perjalanan hidup banyak orang. Banyak orang hilang dan lebih banyak lagi mereka yang kehilangan orang yang dicintai. Terlebih lagi ketika kehilangan itu tak menyediakan jawaban selain penculikan dan desas-desus. Ketika jawabannya adalah kematian, istri, anak, dan keluarga tidak mendapati jasad dan kuburnya. Revolusi memang selalu tak pernah utuh memberi jawaban. INILAH yang dialami RA. Soekirah, perempuan dengan 11 anak, istri Oto Iskandar Dinata. Tokoh pergerakan, Ketua Paguyuban Pasundan, anggota BPUPKI/PPKI, pencipta teriakan “Merdeka”, Menteri Negara Kabinet I Republik Indonesia, ini diculik, dibunuh di tengah berbagai ketegangan dan kepentingan banyak pihak dalam menjalankan revolusi. Menjadi istri Oto menempa kekuatan RA. Soekirah. Masa-masa genting revolusi dilaluinya seorang diri seraya menjaga dan mendidik anak-anaknya. Di mata anak-anaknya, ia selalu tampak tegar. Tetapi di lubuk hatinya yang terdalam, RA. Soekirah terus berharap bahwa suaminya masih hidup. Apalagi sampai berbulan dan bertahun, selain desas-desus, nasib Oto Iskandar Dinata tetap tak ada kejelasan. Mengenal sosok Oto, lewat penuturan RA. Soekirah, diperankan oleh Maudy Koesnaedi ( @maudykoesnaedi )

Nia Dinata Instagram - Persembahan cintaku untuk nenek dan kakek, buyut kami❤️ Sebuah kolaborasi penuh kesadaran bersama aktor dan semua anggota team di balik panggung, untuk sepenggal cerita yang masih sangat relevan bagi kehidupan kita saat ini, ketika kepentingan sekelompok manusia, mengorbankan begitu banyak nyawa, menimbulkan trauma, dan memberikan pelajaran batin bagi yang ditinggalkan. Dari lahir sampai usiaku remaja, nenek buyut ku ini mengisi kehidupan kami dengan kasih sayangnya, bahasanya, gerak gerik dan tiap langkahnya yang tegar. REVOLUSI KEMERDEKAAN (1945-1949) tidak belaka merupakan sejarah penting bagi perjalanan Indonesia sebagai sebuah negara. Masa empat tahun yang penuh ketegangan itu juga telah mengubah arah perjalanan hidup banyak orang. Banyak orang hilang dan lebih banyak lagi mereka yang kehilangan orang yang dicintai. Terlebih lagi ketika kehilangan itu tak menyediakan jawaban selain penculikan dan desas-desus. Ketika jawabannya adalah kematian, istri, anak, dan keluarga tidak mendapati jasad dan kuburnya. Revolusi memang selalu tak pernah utuh memberi jawaban. INILAH yang dialami RA. Soekirah, perempuan dengan 11 anak, istri Oto Iskandar Dinata. Tokoh pergerakan, Ketua Paguyuban Pasundan, anggota BPUPKI/PPKI, pencipta teriakan “Merdeka”, Menteri Negara Kabinet I Republik Indonesia, ini diculik, dibunuh di tengah berbagai ketegangan dan kepentingan banyak pihak dalam menjalankan revolusi. Menjadi istri Oto menempa kekuatan RA. Soekirah. Masa-masa genting revolusi dilaluinya seorang diri seraya menjaga dan mendidik anak-anaknya. Di mata anak-anaknya, ia selalu tampak tegar. Tetapi di lubuk hatinya yang terdalam, RA. Soekirah terus berharap bahwa suaminya masih hidup. Apalagi sampai berbulan dan bertahun, selain desas-desus, nasib Oto Iskandar Dinata tetap tak ada kejelasan. Mengenal sosok Oto, lewat penuturan RA. Soekirah, diperankan oleh Maudy Koesnaedi ( @maudykoesnaedi )

Nia Dinata Instagram – Persembahan cintaku untuk nenek dan kakek, buyut kami❤️ Sebuah kolaborasi penuh kesadaran bersama aktor dan semua anggota team di balik panggung, untuk sepenggal cerita yang masih sangat relevan bagi kehidupan kita saat ini, ketika kepentingan sekelompok manusia, mengorbankan begitu banyak nyawa, menimbulkan trauma, dan memberikan pelajaran batin bagi yang ditinggalkan. Dari lahir sampai usiaku remaja, nenek buyut ku ini mengisi kehidupan kami dengan kasih sayangnya, bahasanya, gerak gerik dan tiap langkahnya yang tegar.

REVOLUSI KEMERDEKAAN (1945-1949) tidak belaka merupakan sejarah penting bagi perjalanan Indonesia sebagai sebuah negara. Masa empat tahun yang penuh ketegangan itu juga telah mengubah arah perjalanan hidup banyak orang. Banyak orang hilang dan lebih banyak lagi mereka yang kehilangan orang yang dicintai. Terlebih lagi ketika kehilangan itu tak menyediakan jawaban selain penculikan dan desas-desus. Ketika jawabannya adalah kematian, istri, anak, dan keluarga tidak mendapati jasad dan kuburnya. Revolusi memang selalu tak pernah utuh memberi jawaban.

INILAH yang dialami RA. Soekirah, perempuan dengan 11 anak, istri Oto Iskandar Dinata. Tokoh pergerakan, Ketua Paguyuban Pasundan, anggota BPUPKI/PPKI, pencipta teriakan “Merdeka”, Menteri Negara Kabinet I Republik Indonesia, ini diculik, dibunuh di tengah berbagai ketegangan dan kepentingan banyak pihak dalam menjalankan revolusi.

Menjadi istri Oto menempa kekuatan RA. Soekirah. Masa-masa genting revolusi dilaluinya seorang diri seraya menjaga dan mendidik anak-anaknya. Di mata anak-anaknya, ia selalu tampak tegar. Tetapi di lubuk hatinya yang terdalam, RA. Soekirah terus berharap bahwa suaminya masih hidup. Apalagi sampai berbulan dan bertahun, selain desas-desus, nasib Oto Iskandar Dinata tetap tak ada kejelasan.

Mengenal sosok Oto, lewat penuturan RA. Soekirah, diperankan oleh Maudy Koesnaedi ( @maudykoesnaedi ) | Posted on 10/Dec/2023 07:37:15

Nia Dinata Instagram – Maudy sayang, terimakasih sudah memerankan sosok nenek buyutku RA Soekirah dengan setia, tegar, disiplin, dan berwibawa. 
Awalnya, pasti sulit menjadi karakter yang hampir tidak pernah emosional, dan ini berkait dengan konsep penyutradaraanku, pengalaman  pribadi ku, mungkin pengalaman pribadi Maudy juga, sebagai Ibu dan Istri, mungkin dalam kesulitan, kita belajar mengelola amarah, rasa sedih, kecewa, sehingga kadang, seperti ibu Soekirah, kita memilih untuk tidak menampilkannya dihadapan anak-anak, keluarga dan temanpun. Itulah pilihan sadar yang dijalani, Walaupun kesulitan di jaman ini, tak sebanding beban beratnya dengan apa yang dialami mereka mereka di masa penjajahan sampai masa revolusi itu. Terimakasih untuk semua tim belakang panggung yang mencurahkan kreativitas dan komitmennya sepenuh hati❤️❤️❤️walaupun penuh keterbatasan arsip, sampai harus mengulik arsip foto keluarga, beberapa ruang-ruang waktu dan peristiwa yang dihadirkan terasa  pas, tidak berlebihan,didukung artistik, pencahayaan, medium musik, audio dan visualnya. Juga para pemeran pendukung yang berexplorasi penuh suka cita. Pertunjukan Suamiku Oto dan Bel Pintu ini merupakan debut penulisan & penyutradaran pertama ku untuk teater monolog. Di usia yang hampir 54 tahun ini, melakukan sesuatu untuk pertama kali, memberikan energi jiwa raga baru yang bersemi🙏🏼 Niat itu melekat kuat dari obrolan di rumah Ciputat bareng @happysalma lanjut obrolan di Ubud, sampai jadi pentas perdana yang semoga berkelanjutan demi pelajaran kebaikan, keikhlasan dan ketabahan di siklus hidup ini. SUAMIKU OTO DAN BEL PINTU Produser : Happy Salma, Yulia Evina Bhara dan Pradetya Novitri @yuliaevinabhara @panggil_tia
Penulis Naskah : @ahdaimran & Nia Dinata. Sutradara : Nia Dinata.
Nia Dinata Instagram – This is a reminder to honor your ancestors❤️😇🙏🏼 Mengunjungi makam RA Soekirah, nenek buyut kami, sumber kekuatan dan inspirasi. CINTA kami❤️ #foreverlove #niamaste terimakasih geng saudara saudara ku the Otista yang pagi-pagi sudah menemani ku..❤️❤️❤️

Check out the latest gallery of Nia Dinata