Belum terpikir sama sekali untuk memasuki dunia seni panggung. Tiba-tiba “menjerumuskan diri” ke dalam naskah monolog 20 halaman, dengan beberapa bagian bahasa Sunda halus, juga berbagai macam tarian dan tembang-tembang Ronggeng Gunung di dalamnya. Melalui waktu 5 minggu untuk memahami, meresapi dan menghafal seluruh kata, tarian dan lagu. Lucunya, di tengah lelahnya tubuh dan pikiran karena berlatih 8 jam per hari, lalu setiap malam lanjut promo film, ternyata masih ada energi untuk berpikir yang tidak-tidak dan ketakutan. Gimana kalo nanti di atas panggung lupa dialog? Gimana kalo trauma panggung gw muncul lagi, terus suara gw hilang? Terus ga bisa nyanyi? Ga bisa bersuara, terus pingsan? Konyol, memang. Tapi hampir selalu berhasil membuat gw ketakutan hehe. Hidup itu jenaka dengan segala kemagisannya. Segala hal yang kita takutkan, justru sering kali mendadak datang, lalu kita dihadapkan dengan dua pilihan: Mau menenggelamkan diri dalam ketakutan, atau mengupayakan segalanya dengan kepercayaan. Pementasan kemarin ternyata bukan hanya asupan jiwa dalam ranah kesenian buat gw, tapi juga sebuah tonggak pencapaian emosional. Sebab hidup ga akan pernah luput dari cobaan, keraguan dan ketakutan. Yang membedakan hanya bagaimana kita mengelola apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan kenyataan yang kita ciptakan. Dengan lebih baik, lebih tenang, dan lebih ikhlas gw menghadapi segala perasaan yang datang dan pergi selama persiapan dan 3 hari pertunjukan kemarin. Terima kasih sudah percayakan Nyi Pijar kepadaku yaa Tetehku terkasih @happysalma, Ibu Produser membanggakan @panggil_tia, sutradara tersayang #HelianaSinaga dan tentunya Ibu @renitasari. Aku luar biasa bersyukur untuk segala ilmu, bimbingan, kepercayaan dan kasih yang luar biasa dari kalian, juga semua teman-teman yang mendampingi setiap langkah aku berproses dalam pementasan ini; yang sedihnya ga bisa aku tag satu-satu karena ternyata ada limit caption IG huhh. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah datang ke “kalang dimana aku menyanyi dan menari”, meskipun tidak “sampai fajar menggeliat di langit”. Sampai bertemu di panggung-panggung #SangKembangBale selanjutnya! 🌺
Belum terpikir sama sekali untuk memasuki dunia seni panggung. Tiba-tiba “menjerumuskan diri” ke dalam naskah monolog 20 halaman, dengan beberapa bagian bahasa Sunda halus, juga berbagai macam tarian dan tembang-tembang Ronggeng Gunung di dalamnya. Melalui waktu 5 minggu untuk memahami, meresapi dan menghafal seluruh kata, tarian dan lagu. Lucunya, di tengah lelahnya tubuh dan pikiran karena berlatih 8 jam per hari, lalu setiap malam lanjut promo film, ternyata masih ada energi untuk berpikir yang tidak-tidak dan ketakutan. Gimana kalo nanti di atas panggung lupa dialog? Gimana kalo trauma panggung gw muncul lagi, terus suara gw hilang? Terus ga bisa nyanyi? Ga bisa bersuara, terus pingsan? Konyol, memang. Tapi hampir selalu berhasil membuat gw ketakutan hehe. Hidup itu jenaka dengan segala kemagisannya. Segala hal yang kita takutkan, justru sering kali mendadak datang, lalu kita dihadapkan dengan dua pilihan: Mau menenggelamkan diri dalam ketakutan, atau mengupayakan segalanya dengan kepercayaan. Pementasan kemarin ternyata bukan hanya asupan jiwa dalam ranah kesenian buat gw, tapi juga sebuah tonggak pencapaian emosional. Sebab hidup ga akan pernah luput dari cobaan, keraguan dan ketakutan. Yang membedakan hanya bagaimana kita mengelola apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan kenyataan yang kita ciptakan. Dengan lebih baik, lebih tenang, dan lebih ikhlas gw menghadapi segala perasaan yang datang dan pergi selama persiapan dan 3 hari pertunjukan kemarin. Terima kasih sudah percayakan Nyi Pijar kepadaku yaa Tetehku terkasih @happysalma, Ibu Produser membanggakan @panggil_tia, sutradara tersayang #HelianaSinaga dan tentunya Ibu @renitasari. Aku luar biasa bersyukur untuk segala ilmu, bimbingan, kepercayaan dan kasih yang luar biasa dari kalian, juga semua teman-teman yang mendampingi setiap langkah aku berproses dalam pementasan ini; yang sedihnya ga bisa aku tag satu-satu karena ternyata ada limit caption IG huhh. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah datang ke “kalang dimana aku menyanyi dan menari”, meskipun tidak “sampai fajar menggeliat di langit”. Sampai bertemu di panggung-panggung #SangKembangBale selanjutnya! 🌺
Belum terpikir sama sekali untuk memasuki dunia seni panggung. Tiba-tiba “menjerumuskan diri” ke dalam naskah monolog 20 halaman, dengan beberapa bagian bahasa Sunda halus, juga berbagai macam tarian dan tembang-tembang Ronggeng Gunung di dalamnya. Melalui waktu 5 minggu untuk memahami, meresapi dan menghafal seluruh kata, tarian dan lagu. Lucunya, di tengah lelahnya tubuh dan pikiran karena berlatih 8 jam per hari, lalu setiap malam lanjut promo film, ternyata masih ada energi untuk berpikir yang tidak-tidak dan ketakutan. Gimana kalo nanti di atas panggung lupa dialog? Gimana kalo trauma panggung gw muncul lagi, terus suara gw hilang? Terus ga bisa nyanyi? Ga bisa bersuara, terus pingsan? Konyol, memang. Tapi hampir selalu berhasil membuat gw ketakutan hehe. Hidup itu jenaka dengan segala kemagisannya. Segala hal yang kita takutkan, justru sering kali mendadak datang, lalu kita dihadapkan dengan dua pilihan: Mau menenggelamkan diri dalam ketakutan, atau mengupayakan segalanya dengan kepercayaan. Pementasan kemarin ternyata bukan hanya asupan jiwa dalam ranah kesenian buat gw, tapi juga sebuah tonggak pencapaian emosional. Sebab hidup ga akan pernah luput dari cobaan, keraguan dan ketakutan. Yang membedakan hanya bagaimana kita mengelola apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan kenyataan yang kita ciptakan. Dengan lebih baik, lebih tenang, dan lebih ikhlas gw menghadapi segala perasaan yang datang dan pergi selama persiapan dan 3 hari pertunjukan kemarin. Terima kasih sudah percayakan Nyi Pijar kepadaku yaa Tetehku terkasih @happysalma, Ibu Produser membanggakan @panggil_tia, sutradara tersayang #HelianaSinaga dan tentunya Ibu @renitasari. Aku luar biasa bersyukur untuk segala ilmu, bimbingan, kepercayaan dan kasih yang luar biasa dari kalian, juga semua teman-teman yang mendampingi setiap langkah aku berproses dalam pementasan ini; yang sedihnya ga bisa aku tag satu-satu karena ternyata ada limit caption IG huhh. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah datang ke “kalang dimana aku menyanyi dan menari”, meskipun tidak “sampai fajar menggeliat di langit”. Sampai bertemu di panggung-panggung #SangKembangBale selanjutnya! 🌺
Belum terpikir sama sekali untuk memasuki dunia seni panggung. Tiba-tiba “menjerumuskan diri” ke dalam naskah monolog 20 halaman, dengan beberapa bagian bahasa Sunda halus, juga berbagai macam tarian dan tembang-tembang Ronggeng Gunung di dalamnya. Melalui waktu 5 minggu untuk memahami, meresapi dan menghafal seluruh kata, tarian dan lagu. Lucunya, di tengah lelahnya tubuh dan pikiran karena berlatih 8 jam per hari, lalu setiap malam lanjut promo film, ternyata masih ada energi untuk berpikir yang tidak-tidak dan ketakutan. Gimana kalo nanti di atas panggung lupa dialog? Gimana kalo trauma panggung gw muncul lagi, terus suara gw hilang? Terus ga bisa nyanyi? Ga bisa bersuara, terus pingsan? Konyol, memang. Tapi hampir selalu berhasil membuat gw ketakutan hehe. Hidup itu jenaka dengan segala kemagisannya. Segala hal yang kita takutkan, justru sering kali mendadak datang, lalu kita dihadapkan dengan dua pilihan: Mau menenggelamkan diri dalam ketakutan, atau mengupayakan segalanya dengan kepercayaan. Pementasan kemarin ternyata bukan hanya asupan jiwa dalam ranah kesenian buat gw, tapi juga sebuah tonggak pencapaian emosional. Sebab hidup ga akan pernah luput dari cobaan, keraguan dan ketakutan. Yang membedakan hanya bagaimana kita mengelola apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan kenyataan yang kita ciptakan. Dengan lebih baik, lebih tenang, dan lebih ikhlas gw menghadapi segala perasaan yang datang dan pergi selama persiapan dan 3 hari pertunjukan kemarin. Terima kasih sudah percayakan Nyi Pijar kepadaku yaa Tetehku terkasih @happysalma, Ibu Produser membanggakan @panggil_tia, sutradara tersayang #HelianaSinaga dan tentunya Ibu @renitasari. Aku luar biasa bersyukur untuk segala ilmu, bimbingan, kepercayaan dan kasih yang luar biasa dari kalian, juga semua teman-teman yang mendampingi setiap langkah aku berproses dalam pementasan ini; yang sedihnya ga bisa aku tag satu-satu karena ternyata ada limit caption IG huhh. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah datang ke “kalang dimana aku menyanyi dan menari”, meskipun tidak “sampai fajar menggeliat di langit”. Sampai bertemu di panggung-panggung #SangKembangBale selanjutnya! 🌺
Belum terpikir sama sekali untuk memasuki dunia seni panggung. Tiba-tiba “menjerumuskan diri” ke dalam naskah monolog 20 halaman, dengan beberapa bagian bahasa Sunda halus, juga berbagai macam tarian dan tembang-tembang Ronggeng Gunung di dalamnya. Melalui waktu 5 minggu untuk memahami, meresapi dan menghafal seluruh kata, tarian dan lagu. Lucunya, di tengah lelahnya tubuh dan pikiran karena berlatih 8 jam per hari, lalu setiap malam lanjut promo film, ternyata masih ada energi untuk berpikir yang tidak-tidak dan ketakutan. Gimana kalo nanti di atas panggung lupa dialog? Gimana kalo trauma panggung gw muncul lagi, terus suara gw hilang? Terus ga bisa nyanyi? Ga bisa bersuara, terus pingsan? Konyol, memang. Tapi hampir selalu berhasil membuat gw ketakutan hehe. Hidup itu jenaka dengan segala kemagisannya. Segala hal yang kita takutkan, justru sering kali mendadak datang, lalu kita dihadapkan dengan dua pilihan: Mau menenggelamkan diri dalam ketakutan, atau mengupayakan segalanya dengan kepercayaan. Pementasan kemarin ternyata bukan hanya asupan jiwa dalam ranah kesenian buat gw, tapi juga sebuah tonggak pencapaian emosional. Sebab hidup ga akan pernah luput dari cobaan, keraguan dan ketakutan. Yang membedakan hanya bagaimana kita mengelola apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan kenyataan yang kita ciptakan. Dengan lebih baik, lebih tenang, dan lebih ikhlas gw menghadapi segala perasaan yang datang dan pergi selama persiapan dan 3 hari pertunjukan kemarin. Terima kasih sudah percayakan Nyi Pijar kepadaku yaa Tetehku terkasih @happysalma, Ibu Produser membanggakan @panggil_tia, sutradara tersayang #HelianaSinaga dan tentunya Ibu @renitasari. Aku luar biasa bersyukur untuk segala ilmu, bimbingan, kepercayaan dan kasih yang luar biasa dari kalian, juga semua teman-teman yang mendampingi setiap langkah aku berproses dalam pementasan ini; yang sedihnya ga bisa aku tag satu-satu karena ternyata ada limit caption IG huhh. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah datang ke “kalang dimana aku menyanyi dan menari”, meskipun tidak “sampai fajar menggeliat di langit”. Sampai bertemu di panggung-panggung #SangKembangBale selanjutnya! 🌺
Belum terpikir sama sekali untuk memasuki dunia seni panggung. Tiba-tiba “menjerumuskan diri” ke dalam naskah monolog 20 halaman, dengan beberapa bagian bahasa Sunda halus, juga berbagai macam tarian dan tembang-tembang Ronggeng Gunung di dalamnya. Melalui waktu 5 minggu untuk memahami, meresapi dan menghafal seluruh kata, tarian dan lagu. Lucunya, di tengah lelahnya tubuh dan pikiran karena berlatih 8 jam per hari, lalu setiap malam lanjut promo film, ternyata masih ada energi untuk berpikir yang tidak-tidak dan ketakutan. Gimana kalo nanti di atas panggung lupa dialog? Gimana kalo trauma panggung gw muncul lagi, terus suara gw hilang? Terus ga bisa nyanyi? Ga bisa bersuara, terus pingsan? Konyol, memang. Tapi hampir selalu berhasil membuat gw ketakutan hehe. Hidup itu jenaka dengan segala kemagisannya. Segala hal yang kita takutkan, justru sering kali mendadak datang, lalu kita dihadapkan dengan dua pilihan: Mau menenggelamkan diri dalam ketakutan, atau mengupayakan segalanya dengan kepercayaan. Pementasan kemarin ternyata bukan hanya asupan jiwa dalam ranah kesenian buat gw, tapi juga sebuah tonggak pencapaian emosional. Sebab hidup ga akan pernah luput dari cobaan, keraguan dan ketakutan. Yang membedakan hanya bagaimana kita mengelola apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan kenyataan yang kita ciptakan. Dengan lebih baik, lebih tenang, dan lebih ikhlas gw menghadapi segala perasaan yang datang dan pergi selama persiapan dan 3 hari pertunjukan kemarin. Terima kasih sudah percayakan Nyi Pijar kepadaku yaa Tetehku terkasih @happysalma, Ibu Produser membanggakan @panggil_tia, sutradara tersayang #HelianaSinaga dan tentunya Ibu @renitasari. Aku luar biasa bersyukur untuk segala ilmu, bimbingan, kepercayaan dan kasih yang luar biasa dari kalian, juga semua teman-teman yang mendampingi setiap langkah aku berproses dalam pementasan ini; yang sedihnya ga bisa aku tag satu-satu karena ternyata ada limit caption IG huhh. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah datang ke “kalang dimana aku menyanyi dan menari”, meskipun tidak “sampai fajar menggeliat di langit”. Sampai bertemu di panggung-panggung #SangKembangBale selanjutnya! 🌺
Belum terpikir sama sekali untuk memasuki dunia seni panggung. Tiba-tiba “menjerumuskan diri” ke dalam naskah monolog 20 halaman, dengan beberapa bagian bahasa Sunda halus, juga berbagai macam tarian dan tembang-tembang Ronggeng Gunung di dalamnya. Melalui waktu 5 minggu untuk memahami, meresapi dan menghafal seluruh kata, tarian dan lagu. Lucunya, di tengah lelahnya tubuh dan pikiran karena berlatih 8 jam per hari, lalu setiap malam lanjut promo film, ternyata masih ada energi untuk berpikir yang tidak-tidak dan ketakutan. Gimana kalo nanti di atas panggung lupa dialog? Gimana kalo trauma panggung gw muncul lagi, terus suara gw hilang? Terus ga bisa nyanyi? Ga bisa bersuara, terus pingsan? Konyol, memang. Tapi hampir selalu berhasil membuat gw ketakutan hehe. Hidup itu jenaka dengan segala kemagisannya. Segala hal yang kita takutkan, justru sering kali mendadak datang, lalu kita dihadapkan dengan dua pilihan: Mau menenggelamkan diri dalam ketakutan, atau mengupayakan segalanya dengan kepercayaan. Pementasan kemarin ternyata bukan hanya asupan jiwa dalam ranah kesenian buat gw, tapi juga sebuah tonggak pencapaian emosional. Sebab hidup ga akan pernah luput dari cobaan, keraguan dan ketakutan. Yang membedakan hanya bagaimana kita mengelola apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan kenyataan yang kita ciptakan. Dengan lebih baik, lebih tenang, dan lebih ikhlas gw menghadapi segala perasaan yang datang dan pergi selama persiapan dan 3 hari pertunjukan kemarin. Terima kasih sudah percayakan Nyi Pijar kepadaku yaa Tetehku terkasih @happysalma, Ibu Produser membanggakan @panggil_tia, sutradara tersayang #HelianaSinaga dan tentunya Ibu @renitasari. Aku luar biasa bersyukur untuk segala ilmu, bimbingan, kepercayaan dan kasih yang luar biasa dari kalian, juga semua teman-teman yang mendampingi setiap langkah aku berproses dalam pementasan ini; yang sedihnya ga bisa aku tag satu-satu karena ternyata ada limit caption IG huhh. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah datang ke “kalang dimana aku menyanyi dan menari”, meskipun tidak “sampai fajar menggeliat di langit”. Sampai bertemu di panggung-panggung #SangKembangBale selanjutnya! 🌺
Belum terpikir sama sekali untuk memasuki dunia seni panggung. Tiba-tiba “menjerumuskan diri” ke dalam naskah monolog 20 halaman, dengan beberapa bagian bahasa Sunda halus, juga berbagai macam tarian dan tembang-tembang Ronggeng Gunung di dalamnya. Melalui waktu 5 minggu untuk memahami, meresapi dan menghafal seluruh kata, tarian dan lagu. Lucunya, di tengah lelahnya tubuh dan pikiran karena berlatih 8 jam per hari, lalu setiap malam lanjut promo film, ternyata masih ada energi untuk berpikir yang tidak-tidak dan ketakutan. Gimana kalo nanti di atas panggung lupa dialog? Gimana kalo trauma panggung gw muncul lagi, terus suara gw hilang? Terus ga bisa nyanyi? Ga bisa bersuara, terus pingsan? Konyol, memang. Tapi hampir selalu berhasil membuat gw ketakutan hehe. Hidup itu jenaka dengan segala kemagisannya. Segala hal yang kita takutkan, justru sering kali mendadak datang, lalu kita dihadapkan dengan dua pilihan: Mau menenggelamkan diri dalam ketakutan, atau mengupayakan segalanya dengan kepercayaan. Pementasan kemarin ternyata bukan hanya asupan jiwa dalam ranah kesenian buat gw, tapi juga sebuah tonggak pencapaian emosional. Sebab hidup ga akan pernah luput dari cobaan, keraguan dan ketakutan. Yang membedakan hanya bagaimana kita mengelola apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan kenyataan yang kita ciptakan. Dengan lebih baik, lebih tenang, dan lebih ikhlas gw menghadapi segala perasaan yang datang dan pergi selama persiapan dan 3 hari pertunjukan kemarin. Terima kasih sudah percayakan Nyi Pijar kepadaku yaa Tetehku terkasih @happysalma, Ibu Produser membanggakan @panggil_tia, sutradara tersayang #HelianaSinaga dan tentunya Ibu @renitasari. Aku luar biasa bersyukur untuk segala ilmu, bimbingan, kepercayaan dan kasih yang luar biasa dari kalian, juga semua teman-teman yang mendampingi setiap langkah aku berproses dalam pementasan ini; yang sedihnya ga bisa aku tag satu-satu karena ternyata ada limit caption IG huhh. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah datang ke “kalang dimana aku menyanyi dan menari”, meskipun tidak “sampai fajar menggeliat di langit”. Sampai bertemu di panggung-panggung #SangKembangBale selanjutnya! 🌺
Belum terpikir sama sekali untuk memasuki dunia seni panggung. Tiba-tiba “menjerumuskan diri” ke dalam naskah monolog 20 halaman, dengan beberapa bagian bahasa Sunda halus, juga berbagai macam tarian dan tembang-tembang Ronggeng Gunung di dalamnya. Melalui waktu 5 minggu untuk memahami, meresapi dan menghafal seluruh kata, tarian dan lagu. Lucunya, di tengah lelahnya tubuh dan pikiran karena berlatih 8 jam per hari, lalu setiap malam lanjut promo film, ternyata masih ada energi untuk berpikir yang tidak-tidak dan ketakutan. Gimana kalo nanti di atas panggung lupa dialog? Gimana kalo trauma panggung gw muncul lagi, terus suara gw hilang? Terus ga bisa nyanyi? Ga bisa bersuara, terus pingsan? Konyol, memang. Tapi hampir selalu berhasil membuat gw ketakutan hehe. Hidup itu jenaka dengan segala kemagisannya. Segala hal yang kita takutkan, justru sering kali mendadak datang, lalu kita dihadapkan dengan dua pilihan: Mau menenggelamkan diri dalam ketakutan, atau mengupayakan segalanya dengan kepercayaan. Pementasan kemarin ternyata bukan hanya asupan jiwa dalam ranah kesenian buat gw, tapi juga sebuah tonggak pencapaian emosional. Sebab hidup ga akan pernah luput dari cobaan, keraguan dan ketakutan. Yang membedakan hanya bagaimana kita mengelola apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan kenyataan yang kita ciptakan. Dengan lebih baik, lebih tenang, dan lebih ikhlas gw menghadapi segala perasaan yang datang dan pergi selama persiapan dan 3 hari pertunjukan kemarin. Terima kasih sudah percayakan Nyi Pijar kepadaku yaa Tetehku terkasih @happysalma, Ibu Produser membanggakan @panggil_tia, sutradara tersayang #HelianaSinaga dan tentunya Ibu @renitasari. Aku luar biasa bersyukur untuk segala ilmu, bimbingan, kepercayaan dan kasih yang luar biasa dari kalian, juga semua teman-teman yang mendampingi setiap langkah aku berproses dalam pementasan ini; yang sedihnya ga bisa aku tag satu-satu karena ternyata ada limit caption IG huhh. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah datang ke “kalang dimana aku menyanyi dan menari”, meskipun tidak “sampai fajar menggeliat di langit”. Sampai bertemu di panggung-panggung #SangKembangBale selanjutnya! 🌺
Belum terpikir sama sekali untuk memasuki dunia seni panggung. Tiba-tiba “menjerumuskan diri” ke dalam naskah monolog 20 halaman, dengan beberapa bagian bahasa Sunda halus, juga berbagai macam tarian dan tembang-tembang Ronggeng Gunung di dalamnya. Melalui waktu 5 minggu untuk memahami, meresapi dan menghafal seluruh kata, tarian dan lagu. Lucunya, di tengah lelahnya tubuh dan pikiran karena berlatih 8 jam per hari, lalu setiap malam lanjut promo film, ternyata masih ada energi untuk berpikir yang tidak-tidak dan ketakutan. Gimana kalo nanti di atas panggung lupa dialog? Gimana kalo trauma panggung gw muncul lagi, terus suara gw hilang? Terus ga bisa nyanyi? Ga bisa bersuara, terus pingsan? Konyol, memang. Tapi hampir selalu berhasil membuat gw ketakutan hehe. Hidup itu jenaka dengan segala kemagisannya. Segala hal yang kita takutkan, justru sering kali mendadak datang, lalu kita dihadapkan dengan dua pilihan: Mau menenggelamkan diri dalam ketakutan, atau mengupayakan segalanya dengan kepercayaan. Pementasan kemarin ternyata bukan hanya asupan jiwa dalam ranah kesenian buat gw, tapi juga sebuah tonggak pencapaian emosional. Sebab hidup ga akan pernah luput dari cobaan, keraguan dan ketakutan. Yang membedakan hanya bagaimana kita mengelola apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan kenyataan yang kita ciptakan. Dengan lebih baik, lebih tenang, dan lebih ikhlas gw menghadapi segala perasaan yang datang dan pergi selama persiapan dan 3 hari pertunjukan kemarin. Terima kasih sudah percayakan Nyi Pijar kepadaku yaa Tetehku terkasih @happysalma, Ibu Produser membanggakan @panggil_tia, sutradara tersayang #HelianaSinaga dan tentunya Ibu @renitasari. Aku luar biasa bersyukur untuk segala ilmu, bimbingan, kepercayaan dan kasih yang luar biasa dari kalian, juga semua teman-teman yang mendampingi setiap langkah aku berproses dalam pementasan ini; yang sedihnya ga bisa aku tag satu-satu karena ternyata ada limit caption IG huhh. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah datang ke “kalang dimana aku menyanyi dan menari”, meskipun tidak “sampai fajar menggeliat di langit”. Sampai bertemu di panggung-panggung #SangKembangBale selanjutnya! 🌺
Belum terpikir sama sekali untuk memasuki dunia seni panggung. Tiba-tiba “menjerumuskan diri” ke dalam naskah monolog 20 halaman, dengan beberapa bagian bahasa Sunda halus, juga berbagai macam tarian dan tembang-tembang Ronggeng Gunung di dalamnya. Melalui waktu 5 minggu untuk memahami, meresapi dan menghafal seluruh kata, tarian dan lagu. Lucunya, di tengah lelahnya tubuh dan pikiran karena berlatih 8 jam per hari, lalu setiap malam lanjut promo film, ternyata masih ada energi untuk berpikir yang tidak-tidak dan ketakutan. Gimana kalo nanti di atas panggung lupa dialog? Gimana kalo trauma panggung gw muncul lagi, terus suara gw hilang? Terus ga bisa nyanyi? Ga bisa bersuara, terus pingsan? Konyol, memang. Tapi hampir selalu berhasil membuat gw ketakutan hehe. Hidup itu jenaka dengan segala kemagisannya. Segala hal yang kita takutkan, justru sering kali mendadak datang, lalu kita dihadapkan dengan dua pilihan: Mau menenggelamkan diri dalam ketakutan, atau mengupayakan segalanya dengan kepercayaan. Pementasan kemarin ternyata bukan hanya asupan jiwa dalam ranah kesenian buat gw, tapi juga sebuah tonggak pencapaian emosional. Sebab hidup ga akan pernah luput dari cobaan, keraguan dan ketakutan. Yang membedakan hanya bagaimana kita mengelola apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan kenyataan yang kita ciptakan. Dengan lebih baik, lebih tenang, dan lebih ikhlas gw menghadapi segala perasaan yang datang dan pergi selama persiapan dan 3 hari pertunjukan kemarin. Terima kasih sudah percayakan Nyi Pijar kepadaku yaa Tetehku terkasih @happysalma, Ibu Produser membanggakan @panggil_tia, sutradara tersayang #HelianaSinaga dan tentunya Ibu @renitasari. Aku luar biasa bersyukur untuk segala ilmu, bimbingan, kepercayaan dan kasih yang luar biasa dari kalian, juga semua teman-teman yang mendampingi setiap langkah aku berproses dalam pementasan ini; yang sedihnya ga bisa aku tag satu-satu karena ternyata ada limit caption IG huhh. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah datang ke “kalang dimana aku menyanyi dan menari”, meskipun tidak “sampai fajar menggeliat di langit”. Sampai bertemu di panggung-panggung #SangKembangBale selanjutnya! 🌺
Belum terpikir sama sekali untuk memasuki dunia seni panggung. Tiba-tiba “menjerumuskan diri” ke dalam naskah monolog 20 halaman, dengan beberapa bagian bahasa Sunda halus, juga berbagai macam tarian dan tembang-tembang Ronggeng Gunung di dalamnya. Melalui waktu 5 minggu untuk memahami, meresapi dan menghafal seluruh kata, tarian dan lagu. Lucunya, di tengah lelahnya tubuh dan pikiran karena berlatih 8 jam per hari, lalu setiap malam lanjut promo film, ternyata masih ada energi untuk berpikir yang tidak-tidak dan ketakutan. Gimana kalo nanti di atas panggung lupa dialog? Gimana kalo trauma panggung gw muncul lagi, terus suara gw hilang? Terus ga bisa nyanyi? Ga bisa bersuara, terus pingsan? Konyol, memang. Tapi hampir selalu berhasil membuat gw ketakutan hehe. Hidup itu jenaka dengan segala kemagisannya. Segala hal yang kita takutkan, justru sering kali mendadak datang, lalu kita dihadapkan dengan dua pilihan: Mau menenggelamkan diri dalam ketakutan, atau mengupayakan segalanya dengan kepercayaan. Pementasan kemarin ternyata bukan hanya asupan jiwa dalam ranah kesenian buat gw, tapi juga sebuah tonggak pencapaian emosional. Sebab hidup ga akan pernah luput dari cobaan, keraguan dan ketakutan. Yang membedakan hanya bagaimana kita mengelola apa yang bisa kita kendalikan, yaitu pikiran dan kenyataan yang kita ciptakan. Dengan lebih baik, lebih tenang, dan lebih ikhlas gw menghadapi segala perasaan yang datang dan pergi selama persiapan dan 3 hari pertunjukan kemarin. Terima kasih sudah percayakan Nyi Pijar kepadaku yaa Tetehku terkasih @happysalma, Ibu Produser membanggakan @panggil_tia, sutradara tersayang #HelianaSinaga dan tentunya Ibu @renitasari. Aku luar biasa bersyukur untuk segala ilmu, bimbingan, kepercayaan dan kasih yang luar biasa dari kalian, juga semua teman-teman yang mendampingi setiap langkah aku berproses dalam pementasan ini; yang sedihnya ga bisa aku tag satu-satu karena ternyata ada limit caption IG huhh. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang sudah datang ke “kalang dimana aku menyanyi dan menari”, meskipun tidak “sampai fajar menggeliat di langit”. Sampai bertemu di panggung-panggung #SangKembangBale selanjutnya! 🌺
Setelah 6 bulan penuh kami reading, workshop berbagai macam upacara adat, dialect, tarian dan nyanyian Batak, lalu lanjut shooting penuh kesenangan dan jajan makanan, akhirnya tadi malam baru nonton hasilnya secara utuh bersama teman-teman dan tamu undangan. Terima kasih untuk semua team yang terlibat dalam film ini. Mauliate godaaanggg!! 🤍 #CatatanHarianMenantuSinting 18 July 2024, di bioskop kesayangan kalian. HORAS! ✊🏼 Dress by @svarna_byikatindonesia Ulos by @bagasnitorang Jewelry by @mahija.official Make up by @andychunmakeup Assistant make up @andryannsmaulana Hair by @ranggayusuf Assistant hair @tian_agustian89 Nails by @carissa_nails Diabadikan oleh @armanfebryan
Setelah 6 bulan penuh kami reading, workshop berbagai macam upacara adat, dialect, tarian dan nyanyian Batak, lalu lanjut shooting penuh kesenangan dan jajan makanan, akhirnya tadi malam baru nonton hasilnya secara utuh bersama teman-teman dan tamu undangan. Terima kasih untuk semua team yang terlibat dalam film ini. Mauliate godaaanggg!! 🤍 #CatatanHarianMenantuSinting 18 July 2024, di bioskop kesayangan kalian. HORAS! ✊🏼 Dress by @svarna_byikatindonesia Ulos by @bagasnitorang Jewelry by @mahija.official Make up by @andychunmakeup Assistant make up @andryannsmaulana Hair by @ranggayusuf Assistant hair @tian_agustian89 Nails by @carissa_nails Diabadikan oleh @armanfebryan
Setelah 6 bulan penuh kami reading, workshop berbagai macam upacara adat, dialect, tarian dan nyanyian Batak, lalu lanjut shooting penuh kesenangan dan jajan makanan, akhirnya tadi malam baru nonton hasilnya secara utuh bersama teman-teman dan tamu undangan. Terima kasih untuk semua team yang terlibat dalam film ini. Mauliate godaaanggg!! 🤍 #CatatanHarianMenantuSinting 18 July 2024, di bioskop kesayangan kalian. HORAS! ✊🏼 Dress by @svarna_byikatindonesia Ulos by @bagasnitorang Jewelry by @mahija.official Make up by @andychunmakeup Assistant make up @andryannsmaulana Hair by @ranggayusuf Assistant hair @tian_agustian89 Nails by @carissa_nails Diabadikan oleh @armanfebryan
Setelah 6 bulan penuh kami reading, workshop berbagai macam upacara adat, dialect, tarian dan nyanyian Batak, lalu lanjut shooting penuh kesenangan dan jajan makanan, akhirnya tadi malam baru nonton hasilnya secara utuh bersama teman-teman dan tamu undangan. Terima kasih untuk semua team yang terlibat dalam film ini. Mauliate godaaanggg!! 🤍 #CatatanHarianMenantuSinting 18 July 2024, di bioskop kesayangan kalian. HORAS! ✊🏼 Dress by @svarna_byikatindonesia Ulos by @bagasnitorang Jewelry by @mahija.official Make up by @andychunmakeup Assistant make up @andryannsmaulana Hair by @ranggayusuf Assistant hair @tian_agustian89 Nails by @carissa_nails Diabadikan oleh @armanfebryan
Setelah 6 bulan penuh kami reading, workshop berbagai macam upacara adat, dialect, tarian dan nyanyian Batak, lalu lanjut shooting penuh kesenangan dan jajan makanan, akhirnya tadi malam baru nonton hasilnya secara utuh bersama teman-teman dan tamu undangan. Terima kasih untuk semua team yang terlibat dalam film ini. Mauliate godaaanggg!! 🤍 #CatatanHarianMenantuSinting 18 July 2024, di bioskop kesayangan kalian. HORAS! ✊🏼 Dress by @svarna_byikatindonesia Ulos by @bagasnitorang Jewelry by @mahija.official Make up by @andychunmakeup Assistant make up @andryannsmaulana Hair by @ranggayusuf Assistant hair @tian_agustian89 Nails by @carissa_nails Diabadikan oleh @armanfebryan
Setelah 6 bulan penuh kami reading, workshop berbagai macam upacara adat, dialect, tarian dan nyanyian Batak, lalu lanjut shooting penuh kesenangan dan jajan makanan, akhirnya tadi malam baru nonton hasilnya secara utuh bersama teman-teman dan tamu undangan. Terima kasih untuk semua team yang terlibat dalam film ini. Mauliate godaaanggg!! 🤍 #CatatanHarianMenantuSinting 18 July 2024, di bioskop kesayangan kalian. HORAS! ✊🏼 Dress by @svarna_byikatindonesia Ulos by @bagasnitorang Jewelry by @mahija.official Make up by @andychunmakeup Assistant make up @andryannsmaulana Hair by @ranggayusuf Assistant hair @tian_agustian89 Nails by @carissa_nails Diabadikan oleh @armanfebryan
Setelah 6 bulan penuh kami reading, workshop berbagai macam upacara adat, dialect, tarian dan nyanyian Batak, lalu lanjut shooting penuh kesenangan dan jajan makanan, akhirnya tadi malam baru nonton hasilnya secara utuh bersama teman-teman dan tamu undangan. Terima kasih untuk semua team yang terlibat dalam film ini. Mauliate godaaanggg!! 🤍 #CatatanHarianMenantuSinting 18 July 2024, di bioskop kesayangan kalian. HORAS! ✊🏼 Dress by @svarna_byikatindonesia Ulos by @bagasnitorang Jewelry by @mahija.official Make up by @andychunmakeup Assistant make up @andryannsmaulana Hair by @ranggayusuf Assistant hair @tian_agustian89 Nails by @carissa_nails Diabadikan oleh @armanfebryan
Setelah 6 bulan penuh kami reading, workshop berbagai macam upacara adat, dialect, tarian dan nyanyian Batak, lalu lanjut shooting penuh kesenangan dan jajan makanan, akhirnya tadi malam baru nonton hasilnya secara utuh bersama teman-teman dan tamu undangan. Terima kasih untuk semua team yang terlibat dalam film ini. Mauliate godaaanggg!! 🤍 #CatatanHarianMenantuSinting 18 July 2024, di bioskop kesayangan kalian. HORAS! ✊🏼 Dress by @svarna_byikatindonesia Ulos by @bagasnitorang Jewelry by @mahija.official Make up by @andychunmakeup Assistant make up @andryannsmaulana Hair by @ranggayusuf Assistant hair @tian_agustian89 Nails by @carissa_nails Diabadikan oleh @armanfebryan
My love for antiques and preloved goods has started waaay earlier than I can remember. I have always loved things that has a sense of history in it. And I don’t like to own a lot of stuff- hence I always prioritize quality, durability and sustainability. I also love selling items I no longer use as much, so choosing to sell or shop at @hunt_street not only helps minimizes emissions of production, but also reduce my own carbon footprint. Let’s be more mindful when buying, because every purchase counts. Shop my picks at @hunt_street! 🤍
My love for antiques and preloved goods has started waaay earlier than I can remember. I have always loved things that has a sense of history in it. And I don’t like to own a lot of stuff- hence I always prioritize quality, durability and sustainability. I also love selling items I no longer use as much, so choosing to sell or shop at @hunt_street not only helps minimizes emissions of production, but also reduce my own carbon footprint. Let’s be more mindful when buying, because every purchase counts. Shop my picks at @hunt_street! 🤍
My love for antiques and preloved goods has started waaay earlier than I can remember. I have always loved things that has a sense of history in it. And I don’t like to own a lot of stuff- hence I always prioritize quality, durability and sustainability. I also love selling items I no longer use as much, so choosing to sell or shop at @hunt_street not only helps minimizes emissions of production, but also reduce my own carbon footprint. Let’s be more mindful when buying, because every purchase counts. Shop my picks at @hunt_street! 🤍
SANG KEMBANG BALE (Nyanyian yang Kutitipkan Pada Angin) Berkisah tentang kehidupan seorang ronggeng (kembang bale). Di Panyutran, sebuah kampung di Padaherang, Pangandaran, Jawa Barat, seorang Kembang Bale terlahir dari perih kehidupan masa kecilnya. Memasuki masa remaja ia terpilih oleh para ronggeng gunung sepuh untuk menjadi penerus sebagai ronggeng sejati. Kemiskinanlah yang mendorongnya untuk memasuki dunia ronggeng. Tapi dunia yang dimasukinya itu semakin hari semakin menariknya untuk lebih dalam memaknai bagaimana semestinya sikap seorang ronggeng (kembang bale). “Setiap perempuan bisa saja mempunyai keinginan menjadi kembang bale, namun hanya perempuan terpilih saja yang akan mewujud menjadi seorang kembang bale sejati.” Segera dapatkan tiketmu dengan mengakses www.titimangsa.com Jangan sampai kehabisan! 10 & 11 Agustus 2024 19.30 WIB Di NuArt Sculpture Park, Bandung Pementasan ini persembahan Titimangsa bekerjasama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation @indonesia_kaya. Didukung juga oleh @goodlifebca @bina_budaya. Foto oleh @armanfebryan Poster oleh @rasefour Penata Rias @makeup.aktris Penata Rambut @yudinmakeuphairdo Penata Busana @retno_damayanti #RonggengGunung #KembangBale #Titimangsa #IndonesiaKaya #ArielTatum